Air Mata Mitha

Mitha menangis, menantikan kehadiran seorang pria yang sudah sebulan tak pernah kunjung menyapanya. Matanya berbinar setiap kali menatap wajah tampan Erik di foto berbingkai biru yang terpajang di dinding kamarnya.

Beragam dugaan selalu saja muncul di benaknya, memiikirkan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi pada Erik. Karena tak seperti biasanya, Erik pemuda super romantis dan perhatian yang tak pernah absent untuk nelepon Mitha ibarat obat, tiap tiga kali sehari. Tak hanya itu, bunyi SMS selalu saja terdengar tiap jam, tentu saja itu dari Erik, pemuda yang selalu di agung-agungkan Mitha karena kebaikannya yang kini menghilang di telan bumi, jangankan menelepon, untuk sekedar SMS saja sudah tak pernah ada lagi. Tentu saja hal itu membuat Mitha kehilangan, sakit hati, dan rindu yang mendalam.

Status hubungan mereka memang bisa dibilang pacaran lantaran tiga bulan yang lalu Erik mengutarakan isi hatinya, mencintai Mitha dengan sepenuh hatinya. Mitha yang juga memendam rasa yang sama tak ragu lagiberkata “Iya” ketika erik meminta untuk menjadi pasangannya. Hanya saja, jalinan cinta mereka terjadi di dunia maya. Perkenalan lewat Chatting, kemudian diteruskan lewat SMS-an, saling kirim e-mail, telpon-telponan. Hingga akhirnya timbul rasa cinta di hati keduanya. Meskipun tak pernah bertemu, bertatap mata, bahkan saling menyapa lantaran berbeda kota. Bagi mereka cukup dengan lembaran foto yang mereka kirim lewat pos itu sudah memadai untuk menghilangkan rasa rindu di hati.

Sebulan lalu, Mitha dapat kiriman e-mail dari Erik, hanya ada beberapa kata yang menyatakan bahwa dirinya sedang sibuk menyusun skripsi TA-nya, hingga tidak memungkinkan untuk menelepon atau SMS lagi. Bagi Mitha berita itu merupakan petanda buruk, itu artinya tidak ada lagi bunyi SMS atau telepon masuk dari Erik tiap harinya, betulkah erik sesibuk itu?


Keseharian Mitha hanya dihabiskan dengan menangis, merenung diri di kamar, atau sekedar jalan-jalan ke taman. Bagi Mitha, liburan sekolah justru membuatnya semakin terpikir akan Erik. Sempat terbesit di benaknya untuk melupakan Erik, kemudian mencari pengganti Erik yang tentunya nyata dan selalu berada di dekatnya. Tak ayal, satu persatu kandidat-kandidat pria yang selama ini pedekate dengannya pun tiba-tiba berjejer di pikirannya.

Membayangkan salah satu dari mereka menjadi pacar Mitha. Bertemu setiap harinya Saling menyapa, jalan bareng, atau apapun yang selama ini tak pernah dirasakannya bersama Erik. Yudha contohnya, salah satu pemuda tampan yang mencalonkan diri sebagai kandidat pria yang ingin menjadi pasangan Mitha. Pria ini tak pernah absent untuk sekedar menyapa Mitha tiap paginya setiap kali bertemu di sekolah, mengantarkan Mitha pulang saat bokap Mitha telat atau tidak bisa menjemput, dan masih banyak lagi perhatian yang diberikannya pada Mitha. Mitha sempat syok ketika Yudha mengutarakan isi hatinya di khalayak ramai, tepatnya di lapangan basket sekolah tiga minggu yang lalu.

Mitha yang masih menunggu cintanya pada Erik terpaksa menolak secara halus permohonan Yudha, bilang kalau berteman lebih baik daripada harus meminta lebih.
Meskipun begitu, Yudha yang tahu segalanya tentang kehidupan Mitha termasuk tentang Erik yang selama ini menggantungkan Mitha, tak pernah menyerah begitu saja.

Bahkan perhatiannya justru lebih ekstra diberikannya pada Mitha. Dan entah itu berhasil, yang jelas Mitha tak pernah menolak setiap kali Yudha mengajaknya dinner atau berkunjung ke rumah Yudha. Mitha sendiri ragu akan perasaanya pada Yudha, selain baik, Yudha sudah melebihi apa yang dimiliki Erik, ia tampan, cerdas, dan selalu ada di sampingnya, bukankah itu sudah cukup?

Mit, sebelumnya aku minta maaf karena mungkin ini adalah email terakhir yang ku kirim buat kamu. Tepatnya seminggu yang lalu aku melangsungkan pernikahanku dengan seorang gadis, kami dijodohkan. Tapi jujur Mit, aku juga mencintainya. Dia gadis yang baik, seperti kamu. Maaf Mit, aku nggak bisa meneruskan komitmen yang kita buat dulu, kita terlalu jauh dan tidak memungkinkan untuk bersama, meskipun sebenarnya keluargaku juga ada di sana. Jangan sekali-kali bersedih demi aku, karena itu merupakan beban berat buat aku. Maafkan aku, Mitha.

Mitha menangis untuk alasan yang berbeda, kekasih yang selama ini ditunggu dan diharapkan untuk bisa membahagiakannya ternyata hanya punya janji palsu. Erik tidak sehebat apa yang dibayangkan Mitha selama ini, ia terlalu mengagung-agungkan sosok Erik yang tak pernah dilihatnya dengan nyata.

Bukan salah takdir yang memperkenalkan mereka, hanya saja mereka yang menyalahartikan takdir tersebut, menjadikannya sebuah momen berdasarkan cinta, hingga akhirnya menorehkan luka di pihak Mitha. Sekali lagi, Yudha selalu menemani Mitha, menghiburnya yang sedang berduka karena patah hati. Mencari alasan logis untuk dijadikan obat penenang hati, alasan mengapa Erik memilih untuk tidak meneruskan hubungannya dengan Mitha yang gantung.

“Aku ngerti kenapa kamu nangis, untuk itu aku tidak akan melarangmu untuk menangis demi Erik. Tapi aku mohon satu hal, menangislah untuk yang terakhir kalinya untuk dia. Bersedihlah, tapi untuk yang terakhir kalinya. Bahkan Erik sendiri tidak ingin kau bersedih lagi. Aku tahu, memang mudah untuk berujar, tapi aku juga tahu, akhir sebuah cinta bukanlah akhir dari segalanya.”

Nasihat itulah yang mampu membangkitkan semangat Mitha, cukup sudah air mata yang dikeluarkannya selama ini untuk Erik, bukankah di sampingnya selalu ada Yudha? Biarkanlah sisa air matanya kini dialirkan buat Yudha, entah itu air mata duka atau pun bahagia.


=== The End ===


email: noeru@telkom.net
sumber :  http://tarakankota.go.id/

Share this

Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+