Debat Kandidat Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Kaltim, "Saatnya Warga Kalimantan Timur Menilai/Memilih"

SAMARINDA, TRIBUN - Kandidat calon gubernur dan calon wakil gubernur Kaltim tampak begitu tegang di menit pertama, saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Meutya Hafid, pembawa acara Debat Pilgub Kaltim yang disiarkan langsung Metro TV, Kamis (22/5) kemarin malam. Banyak jawaban yang panjang dan bertele-tele dari kandidat namun jawaban jelas yang diminta tidak dapat dijawab, hingga akhirnya waktu yang diberikan untuk memberikan jawaban telah habis.

Namun tidak demikian dengan Achmad Amins, calon gubernur yang berpasangan dengan Hadi Mulyadi. Ia tampak begitu percaya diri dan dengan santai menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Meutia, ketiga panelis penanya, dan para kandidat lainnya. Tidak jarang ia menjawab pertanyaan dengan logat daerahnya yang khas.

"Saya pilih pendidikan gratis. Kita ini sudah 60 tahun merdeka tapi sampai sekarang pendidikan masih saja mahal. Makanya masih banyak rakyat kita yang bodoh," ujar Amins sambil menarik celana dan membuka kancing jasnya. Ia menjawab pertanyaan Meutia dengan singkat, dan masih menyisakan banyak waktu.

Sementara itu kandidat lainnya, Awang Faroek yang mendapat kesempatan pertama justru memanfaatkan waktu untuk mengucapkan terimakasih. Penjelasan dan kata sambutannya begitu panjang, hingga waktu 1 menit yang diberikan Meutia tidak dapat dipergunakannya untuk menjawab pertanyaan, apa yang akan ia lakukan semisal ditengah kepemimpinannya sebagai gubernur dituduh korupsi oleh KPK.

Awang Faroek juga senyam-senyum saja saat dirinya dinilai kandidat Golkar, Jusuf Serang Kasim (SK), tidak mengetahui keadaan sebenarnya soal nelayan di Tarakan. Saat itu Awang mengatakan dirinya pernah didatangi nelayan saat berkunjung. Nelayan tersebut kata Awang mengeluhkan kesulitan bahan bakar solar untuk melaut.

"Pak Awang itu baru beberapa hari saja kesana sudah bilang begitu. Saya ini kaget setengah mati, karena sejak saya memimpin itu sudah disiapkan dana 4 miliar dipinjamkan uang ke nelayan tanpa bunga untuk kebutuhan mereka," kata Jusuf. Mendengar jawaban itu, Awang yang diberi kesempatan untuk berdebat oleh Meutia malah senyam-senyum sendiri.

Sedangkan kandidat calon lainnya, Nusyirwan Ismail, justru dengan berani mengatakan bahwa dirinya siap mundur jika tidak bisa menyelesaikan persoalan listrik Kaltim dalam jangka waktu 3 tahun. "Saya siap mundur jika dalam waktu 3 tahun persoalan listrik di Kaltim tidak selesai," ujar Nusyirwan yang maju bersama Heru Bambang ini.

Sementara Jusuf SK yang sempat mengaku paling paham soal listrik dan ahlinya berhubungan dengan PLN ini, ogah memilih pilihan jawaban yang diajukan Meutia. Saat itu Meutia bertanya, apakah godaan terberat yang dirasakannya diantara '3 Ta' yaitu harta, tahta, dan wanita. "Saya tidak akan tergoda oleh ketiganya," ujar Jusuf. Ketika ditanya sekali lagi mana yang paling berat, Jusuf yang diusung Partai Golkar untuk menjadi calon Gubernur Kaltim ini mengatakan, "semuanya berat," ujarnya.

Kandidat Saling Serang

MASING-masing kandidat saling menjual visi dan misi. Empat sesi dalam Debat Publik Pilgub Kaltim yang diselenggarakan oleh KPUD Kaltim, Metro TV dan Bank BPD Kaltim, berjalan mulus. Kendati antarkandidat saling serang, namun mereka terlihat akrab di akhir acara.

Pertanyaan dari tiga panelis, Prof DR Adri Paton (pengamat politik), Dr Hj Eni Rohaidah (ekonomi) dan Ir H Adjie Ismed Hakim (pertanian dan pangan), cukup tajam menyoroti berbagai hal.

Dari empat sesi, ada satu sesi yang cukup menyita perhatian para penonton yaitu sesi uji kandidat, dimana masing-masing kandidat untuk bertanya kepada kandidat lainnya. Inilah sesi paling seru.

Mereka saling serang khususnya yang berkaitan dengan visi-misi dan program pembangunan Kaltim lima tahun ke depan. Apalagi, mayoritas kandidat adalah kepala daerah atau pejabat di Kaltim. Awang Faroek Ishak-Farid Wadjdy mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan pertanyaan.

Lelaki itu bertanya kepada pasangan Nusyirwan-Heru Bambang. Apa metode untuk menyelesaikan krisis listrik dalam kurun waktu tiga tahun. Awang menilai hal itu agak mustahil, karena kewenangan kebijakan energi ada di PLN. "Gimana saudara bisa mengatasi krisis listrik dalam waktu tiga tahun, sementara kewenangannya ada di PLN?"

Awang juga bertanya kepada Achmad Amins-Hadi Mulyadi dan Jusuf SK-Luther. Pertanyaannya berkisar soal ijin pertambangan yang dikeluarkan mereka. Kebijakan itu dinilainya telah mengurangi lahan pertanian dan tidak sesuai dengan kondisi Kota Tarakan yang wilayahnya terbatas kepuluan.

Atas pertanyaan Awang, Amins mengaku bahwa pembukaan tambang di Samarinda tidak ada masalah. Karena selama ini jika proses ekploitasi sudah selesai, lokasi tambang langsung direklamasi dan kembali bsa dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sementara Jusuf SK membantah telah membuka tambang batubara di Tarakan. "Saya luruskan Pak Awang bahwa di Tarakan tidak ada tambang batu bara," katanya.

Giliran Achmad Amins-Hadi Mulyadi bertanya kepada Awang. Hadi mempertanyakan kapasitas Awang yang juga sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kaltim. "Pak Awang ini adalah potret SD 005 Singa Gembara Kutim yang atapnya masih rumbia. Sebagai bupati dan Ketua Dewan Pendidikan tolong dijelaskan?" tanya Hadi yang spontan mendapat tepuk tangan meriah dari peserta debat.

Mendapat pertanyaan yang cukup pedas tersebut, Awang hanya menjawab bahwa pembangunan sekolah itu masih dalam proses dan akan segera dibongkar. "Tapi besok saya akan langsung cek ke lapangan," kata Awang menjawab.Kesempatan terakhir pasangan Jusuf SK menanyakan kepada Awang-Farid tentang kasus honor guru di Kutim yang belum dibayar selama empat bulan
Sumber : Tribun Kaltim

Share this

Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+