Pangkostrad : Latgab Bertujuan Multi Fungsi Terhadap Sasaran Strategis

Tarakan,- Tiga Matra TNI hari Minggu (04/03) lalu gelar Latihan Gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (Latgab PPRC) yang dilaksanakan berdasarkan kontijensi yang memiliki tujuan multi fungsi terhadap sasaran strategis terpilih, diantaranya penguasaan kembali Obyek Vital Nasional, kawasan industri strategis yang telah dikuasai lawan, pembebasan sandera, serta penanganan terorisme.

Pangkostrad (Panglima Komando Strategis Angkatan Darat) Letjen TNI. Edy Rahmayadi, yang memimpin langsung Latgab, jelaskan, sebanyak 500 personil TNI gabungan terdiri dari beberapa pasukan elit yang berasal dari berbagai kesatuan TNI turut bergabung, diantaranya Kopasus, Tontaipur, Denjaka, Kopaska, serta Den Bravo.

Sebanyak lima kapal tempur milik TNI AL yang diterjunkan dalam Latgab ini, papar Edy Rahmayadi, yaitu KRI Surabaya, KRI Ajak, KRI AMI, KRI Mandau, dan KRI Badau. Kemudian empat helikopter yang digunakan dalan latgab ini yaitu heli bell, super puma dan satu pesawat jenis CN 295 yang dioperasikan menurunkan para personil satgasus dari udara dengan melakukan terjun bebas (free fall) dari ketinggian 6.000 feet.

“Kami selalu berusaha memberikan kegiatan pemanasan, terutama diwilayah Kaltara ini dalam rangka RO-nya (Range Count) Pangdam VI Mulawarman. Dan ini bukti tanda keseriusan kita mengamankan wilayah NKRI apabila ada ganguan - ganguan yang sudah terdeteksi ataupun belum,” kata Edy Rahmayadi.

“Kita akan mengantisipasi dengan kegiatan - kegiatan PPRC yang siap bergerak dimanapun diwilayah Indonesia,” imbuhnya.

PPRC ini, lanjut Pangkostrad, merupakan tugas pokok, dimana mereka memiliki tujuh kemampuan dalam melakukan pembebasan tawanan, baik itu di laut, di darat, di gunung/hutan, di kereta api, bis, pesawat dan gedung. Saat disinggung terkait 10 WNI yang ditawan/ sandra oleh sekelompok kawanan teroris (Abu Sayyaf) di Filipina, Edy Rahmayadi, katakan pihak Indonesia hanya menunggu isyarat dari pihak pemerintah Filipina. Sampai dengan saat ini pemerintah Indonesia terus melakukan koordinasi dengan pemerintah Filipina.

“Kita belum mendapat ijin utuk masuk ke wilayah mereka (Filipina), artinya mereka masih mampu dan siap mempertangung jawabkan itu. Kita inikan hanya pelaksananya negara, jika diperintahkan berangkat, kami siap,” ujarnya.

Sebagai catatan dan track record dari pasukan khusus TNI dalam pembebasan sandra sudah terbukti dan berhasil dengan baik, yakni pada Operasi Pembebasan Kapal Sinar Kudus & ABK asal Indonesia di Somalia.

“Waktu itu mereka (pemerintah Somalia) sudah tidak mampu, kita masuk selesai urusan,” pungkas Pangkostrad.

OZ – DD, Diskominfo Tarakan
Sumber : http://tarakankota.go.id

Share this

Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+