Hamas: Kami Butuh Dukungan Indonesia


Setelah berusaha selama tiga hari, JPNN berhasil menemui Dr Sobhi Al Mazi, orang nomor dua di Hamas. Siapa orang nomor satunya? Orang-orang Hamas tidak mau mengumumkan secara terbuka. Setelah Syekh Ahmad Yassin dan Dr Rantizzi terbunuh, kini Hamas memang mempunyai kebijakan untuk tak mengumumkan siapa pucuk pimpinan tertinggi mereka.

Melewati serangkain pemeriksaan, dengan ditemani dan diterjemahkan oleh Fauzi Barhoum, juru bicara Hamas, JPNN berhasil mewawancarai figur penting itu di sebuah tempat tersembunyi. Berikut petikan wawancaranya.

Apakah agresi Israel terakhir ini membuat Hamas berpikir untuk bersatu dengan Fattah dan menghadapi Israel sebagai musuh bersama?

Kebijakan kami dan Fattah berbeda. Ada sebuah perbedaan yang cukup mendasar. Kami selalu konsisten dengan tidak mengakui pendudukan Israel, sementara Fattah justru berunding, bernegosiasi, berkompromi, dan malah menyerah ke Israel. Jelas itu sesuatu yang tak bisa diterima. Mereka (Fattah) berjalan ke arah sini, sementara kami ke arah sana (dr Sobhi menggerakkan tangan ke kiri dan kanan).

Bagaimana dengan tudingan Barat yang mengatakan agresi (Israel) kali ini disebabkan oleh serangan roket Hamas?

Saya kira itu tudingan yang berlebihan. Bukan Hamas yang memulai, tapi ini merupakan reaksi kami terhadap pendudukan (Israel terhadap tanah Palestina). Apa yang kami lakukan adalah sama dengan yang dilakukan negara-negara lain, yakni mempertahankan diri. Sejak awal kami konsisten menentang pendudukan, dan tentu saja kami berhak mempertahankan apa yang menjadi hak kami. Selain itu, Israel terus saja melancarkan agresinya dan terus berusaha memperluas wilayah okupasinya.

Tudingan itu sama sekali tak beralasan. Publik dunia bisa menilai siapa yang benar dan siapa yang salah.

Beberapa hari belakangan ini santer terdengar kabar Israel akan menyerang lagi dan Hamas akan melancarkan serangan roket lagi. Serapuh apakah gencatan senjata unilateral kali ini?

Ya, ini memang gencatan senjata yang rapuh (fragile ceasefire). Tapi, sebagaimana Anda tahu, Israel sering melanggar gencatan senjata. (Kamis, 22/1, dan Jumat, 23/1, sniper Israel menembak enam orang Palestina dan kapal perang Israel menembak lima nelayan). Kami tidak kaget. Dan jangan salahkan kami bila terus melakukan perlawanan.

Bila ada serangan Israel lagi, bukankah yang menderita adalah rakyat Palestina. Apakah itu tidak menimbulkan kebencian rakyat terhadap Hamas?

Saya kira serangan Israel itu justru membuat rakyat dan Hamas bersatu. Logikanya, sejak 1948 (sejak negara Israel dideklarasikan di tanah Palestina) lalu, setidaknya, satu keluarga Palestina kehilangan dua anggota keluarganya. Apa yang dilakukan Israel justru membuat kami semakin kuat. Jangan dikira jiwa pejuang kami yang gugur itu mati. Tetap hidup dan menghidupi semangat pejuang kami selanjutnya. Yang dilakukan Israel justru adalah melahirkan sebuah generasi yang marah dan sangat radikal. Jadi, bila mereka (Israel, Red) berpikir dengan menyerang kami seperti yang terakhir kami akan menyerah, mereka salah besar.

Apa yang kini menjadi prioritas yang dilakukan Hamas pasca-agresi?

Yang pertama adalah memulihkan keamanan dan kehidupan di Jalur Gaza, dan juga menjalankan pemerintahan di sini. Memang sulit, tapi kami berusaha keras untuk itu. Kami juga masih mempunyai dana USD 42 juta. Kami juga telah memberi 200 keluarga yang paling malang nasibnya, masing-masing USD 1.000. Tapi, jujur saja, itu masih jauh dari cukup untuk merekonstruksi kembali. Kami membutuhkan bantuan.

Bantuan seperti apa yang Anda harapkan dari luar?

Semuanya, termasuk bantuan keuangan. Tapi, yang terpenting adalah bantuan dukungan dan moral. Semakin banyak yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, maka itu semakin baik. Terutama dari Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia bisa memainkan peranan sangat penting dalam konflik ini.

Artinya, bila seluruh dunia tahu apa yang terjadi, maka Israel dan sekutunya kalah. Sebenarnya kami sudah menang. Bangunan bisa rusak, infrastruktur bisa dihancurkan, tapi semangat perlawanan kami tak akan pernah hilang. Semakin direpresi, semakin kuat. Kami sudah menang.

Bagaimana Hamas menyikapi Obama (Barrack Obama, presiden baru AS)? Apakah mempunyai harapan tertentu?

(Tersenyum). Kami tetap menganggap Amerika sama saja seperti sebelumnya, kecuali bila Obama mengeluarkan pernyataan dan bersikap objektif tentang Palestina. Mungkin dia orang baik, tapi apakah seorang presiden Amerika bisa bersikap independen sepenuhnya (dari lobi Yahudi).

Terima kasih atas waktu Anda.

Afwan. Selamat datang di Hamas, dan kami ingin mempercayai Anda. Kami akan membantu tugas Anda terpenuhi, dan silakan cari dan tanyakan apa pun tentang Hamas. Kami akan membantu semaksimal mungkin

Share this

Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+