Memahami dalil sendiri secara tekstual, ibarat minum obat tanpa resep dokter. Sembuh tidak, celaka iya. Obat itu ada aturan minumnya. Demikian juga memahami dalil. Siapapun bisa mendapatkan dalil, tapi tidak setiap orang mampu memahami maknanya. Dokter umat adalah ulama.