faktor pede alias percaya diri yang berlebihan berbuah Kekalahan

Tim-tim yang berjaya di fase grup Euro 2008 rontok di perempat final. Kegagalan Belanda dini hari kemarin WIB menjadikan Oranje (sebutan Belanda) sebagai juara grup (grup C) ketiga yang tersisih di delapan besar. Sebelumnya, Portugal (grup A) dan Kroasia (grup B) mengawali rentetan kejutan di turnamen sepak bola terbesar antarnegara di Benua Biru itu.

Mencermati kegagalan Belanda, Portugal, dan Kroasia, bisa jadi faktor pede alias percaya diri yang berlebihan adalah jawabannya. Bukti itu terlihat kala ketiganya memutuskan memainkan tim lapis kedua di laga terakhir grupnya masing-masing.

Memang, kebijakan tersebut diterapkan semata karena pertimbangan strategi. Mengingat status juara grup sudah dalam genggaman, praktis mereka tidak punya kepentingan apapun di laga terakhir grup. Tapi, memainkan pemain cadangan dengan tujuan pemain utama bisa istirahat dan terhindar kartu, berbuah blunder.

Tim kehilangan momentum. Dengan kata lain, ritme permainan terganggu dan grafik pemain justru menurun. Lihat saja permainan yang diperagakan Belanda saat menghadapi Rusia. Tampil impresif, determinan, dan atraktif di tiga laga fase grup, Oranje justru antiklimaks di fase knockout. ’’Kami tidak pernah bisa mengontrol permainan seperti di laga sebelumnya,” ungkap Marco van Basten, arsitek Belanda, sebagaimana dikutip Reuters.

Rusia yang didukung mayoritas pemain muda mampu menyulitkan Belanda lewat permainan cepat sepanjang pertandingan. Tim Beruang Merah makin merajalela karena fisik punggawa Oranje, yang semestinya lebih fresh karena masa recovery lebih lama, mulai drop di awal babak kedua.

’’Fisik tim kami benar-benar luar biasa. Sepanjang 120 menit kami terus berlari,” kata Roman Pavlyuchenko, penyerang sekaligus pencetak gol pertama Rusia, sebagaimana dikutip AFP. Pavlyuchenko menambahkan, keberhasilan menyingkirkan Belanda menebalkan spirit timnya. Dia dan rekan setimnya mulai menemukan kepercayaan diri bahwa juara Euro 2008 bukan lagi mimpi di siang bolong.

’’Juara tinggal dua langkah lagi. Sekarang, Rusia tidak perlu takut lagi dengan tim besar,” tandas penyerang 26 tahun asal Spartak Moskow itu.

Konstatin Zyryanov, gelandang serang Rusia, meyakini jika timnya harus memanfaatkan momentum di saat progres tim tengah menajak. Sejak kekalahan telak 1-4 dari Spanyol di laga perdana (10/6), Rusia bangkit dan mencatat tiga kemenangan beruntun. Masing-masing 1-0 atas Yunani (10/6), 2-0 atas Swedia (14/6), dan terakhir menggasak Belanda 3-1 lewat perpanjangan waktu atau silver goal.

’’Tim kami masih bisa berbuat lebih baik di babak selanjutnya,” koar Zyryanov yang mengaku ingin berjumpa Spanyol di semifinal, seperti dikutip Fox Sports. Di semifinal, Rusia akan bertemu pemenang antara Spanyol atau Italia yang hasilnya sudah bisa diketahui hari ini WIB. Duel itu akan digelar di Stadion Ernst Happel, Wina, Austria, pada 26 Juni nanti. Sehari sebelumnya, Jerman dan Turki bentrok di slot semifinal lainnya di St. Jakob Park, Basel, Swiss.

Sekalipun Rusia tidak diperkuat defender Denis Kolodin dan winger Dmitry Torbinsky di semifinal karena akumulasi kartu, sepertinya itu bukan masakah serius. Torbinsky selama ini bukan pilihan reguler, sedangkan posisi Kolodin bisa diisi Roman Shirokov atau Aleksei Berezutskiy

Sumber : Radar Tarakan

Share this

Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+

1 komentar:

Hehehe... kok bisa tau sih oom kalau mereka kalahnya karena "terlalu percaya diri"? Gimana cara taunya? Kalau menurut saya, Belanda kalah karena kurang determinasi, tidak seperti 3 pertandingan awal dimana lawan sama sekali tidak punya ruang.
Saya juga bikin ulasannya tuh di blog saya... peace bro.